Menemukan Diriku di Antara Kiri dan Kanan

0 1.813

BERANDAKOTA—Saya terpikir untuk menulis ini setelah sebelumnya mengunggah ucapan selamat ulang tahun kepada seorang filsuf Jerman, Georg Wilhelm Friedrich Hegel. Saya menulis caption seperti ini dalam unggahan tersebut “HBD uncle, thank you for the dialectic and also for criticizing Kant, but Im not thanking you for inspiring Marx”. Kalimat terakhir dari caption tersebut kemudian membuat saya merenung cukup panjang. Kenapa saya tidak berterima kasih kepada Hegel karena metode dialektikanya telah banyak menginspirasi Karl Marx?

Saya tidak membenci pikiran-pikiran Marx. Percayalah saya pernah menjadi salah satu dari sekian orang yang mengimani pikiran-pikiran Marx dengan sangat khusyu, juga memperlakukannya sebagaimana nabi. Ketika pertama kali belajar Ekonomi-Politik, kira-kira enam tahun lalu, Marx lah pemikir pertama yang sering saya sebut-sebut namanya. Setelah itu, hampir tiga tahun saya memfasilitasi teman-teman saya di organisasi dalam hal belajar Ekonomi-Politik.

Perjumpaan saya dengan Ekonomi-Politik terbilang by accident (tidak disengaja). Sebagaimana organisasi mahasiswa pada umumnya, masa penerimaan anggota baru menjadi momen krusial. Beberapa kader yang telah lebih dulu berproses di organisasi akan diminta untuk menjadi fasilitator pada perekrutan anggota baru. Saya termasuk salah satu yang ditodong untuk itu. Peristiwa penodongan yang selalu saya syukuri sampai saat ini, karena sejak saat itu, bacaan saya bukan lagi novel-novel Tere Liye.

Setiap kader diminta untuk memilih materi apa yang akan disampaikan pada perekrutan anggota baru. Setelah itu, para senior akan memberikan pelatihan terkait materi tersebut. Saat itu, dari delapan materi yang ada, hanya dua materi saja yang tersedia untuk saya pilih, Paradigma dan Ekonomi-Politik. Sisanya sudah dipinang oleh teman-teman lain–Aswaja, NDP, Islam Nusantara, Mahasiswa dan Tanggung Jawab Sosial, Gender, dan Sejarah. Tentu mudah ditebak, organisasi mahasiswa apa yang saya ikuti dari rentetan materi-materi itu.

Singkat cerita, karena saya tidak punya basis filsafat yang kuat untuk menyampaikan materi Paradigma, maka saya memilih Ekonomi-Politik. Sedikit banyak, kata “Ekonomi” memiliki kesamaan dengan program studi saya saat itu, Ekonomi Syariah. Setelahnya, Karl Marx dengan materialisme historisnya, Immanuel Wallerstein dengan Teori Sistem Dunianya yang terinspirasi dari teori nilai lebihnya Marx, serta Louis Althusser, filsuf Marxis dengan Ideologi dan Aparatus Ideologi Negaranya. Itu semua seolah-olah menjadi mantera yang saya rapal berulang-ulang selama hampir tiga tahun. Saya bahkan tak tau betul siapa saja pemikir Ekonomi Syariah.

Saya juga sempat beberapa kali diminta memfasilitasi perekrutan anggota baru di berbagai organisasi paguyuban mahasiswa. Dari perjumpaan itu, saya melihat bahwa ketika bicara soal Ekonomi-Politik di kalangan mahasiswa, wacana kiri selalu dominan. Menjadi sulit mengambil jarak dari wacana-wacana ini, meskipun sekedar untuk memahami wacana lain dengan lebih proporsional. Di organisasi yang saya ikuti, paradigma-paradigma besar yang digunakan selalu berbasis wacana kiri. Bisa jadi, inilah sebabnya mengapa sulit untuk bisa mendekati wacana lain dengan proposional. Dan yang paling sedihnya adalah, segalanya terlihat hitam dan putih.

Setelah memutuskan akan berfokus pada tema-tema ekonomi kedepannya, baik dalam akademik maupun perbincangan popular, saya mengalami kegamangan dalam menentukan kiblat ekonomi saya. Kegamangan tersebut membawa saya pada upaya-upaya untuk membaca lebih banyak wacana ekonomi yang ada. Termasuk wacana yang selama bertahun-tahun saya musuhi, kapitalisme. Saya mendekati kapitalisme dengan sangat hati-hati.

Pendekatan tersebut saya awali melalui perkenalan saya dengan Adam Smith, yang konon katanya ekonomi kapitalisme lahir dari buah pikirnya. Di sini, saya berupaya menelanjangi kepala saya, agar mampu memahami Smith tanpa prasangka. Dan anda tahu apa yang saya temukan? Penelusuran saya terhadap pikiran Smith bertolak dari upaya Smith mendobrak sistem merkantilisme. Merkantilis meyakini bahwa ekonomi dunia adalah stagnan dan tetap sehingga suatu bangsa hanya bisa berkembang dengan mengorbankan bangsa lain. Maka menjadi sah ketika monopoli dan kolonialisme diberlakukan. Inilah mengapa Smith menyerang sistem merkantilisme dengan menentang tarif tinggi dan pembatasan perdagangan (Skousen, 2019).

Penelusuran saya berlanjut pada unsur kepentingan diri (self-interest) dalam penciptaan kekayaan dan kemakmuran melalui kapitalisme pasar bebas. Skousen dalam bukunya yang berjudul The Making of the Modern Economics; The Lives and Ideals of the Great Thinkers, mengajukan pertanyaan “Apakah Smith mendukung sifat mementingkan diri sendiri dan keserakahan?”. Sebelum menjawab pertanyaan ini, saya beri satu clue, Smith mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk mengajar filsafat moral.

Terhadap pertanyaanya ini, Skousen dalam bukunya menjawab bahwa masyarakat ideal yang dibayangkan Smith adalah masyarakat yang dipenuhi oleh nilai kebaikan, kedermawanan, dan hukum sipil yang melarang praktik bisnis curang dan tidak adil (Skousen, 2019). Masih banyak lagi pikiran-pikiran Smith yang perlu dipahami lebih dalam, tak cukup bila saya jabarkan di sini. Akan saya tulis pada kesempatan lain.

Setelah menyelami berbagai pikiran Smith, saya yang bertahun-tahun memandang Smith dengan penuh prasangka–kini serasa seorang mantan pacar yang menyesal memutuskan pacarnya karena tuduhan yang tidak mendasar. Aduh. Inilah mengapa di awal saya katakan jalan-jalan ke berbagai pikiran dari kiri hingga kanan itu menjadi perlu. Saya jatuh cinta dengan pikiran-pikiran profesor filsafat moral ini. Nanti bila punya anak, pemikir pertama yang akan saya kenalkan kepadanya adalah Adam Smith, karena yang pertama adalah Adam. Kami akan menyebutnya ‘Uncle Smith dari Skotlandia’.  Bila punya rezeki dan kesempatan, Skotlandia akan kami kunjungi untuk mengenang Uncle Smith.

Penelusuran saya masih berlanjut, ada berbagai pemikir ekonomi yang saya temui dan saya jatuh cinta. Di antaranya adalah tiga penunggang kuda revolusi marginalis, William Stanley Jevons, Carl Manger, dan Leon Walras. Mereka melakukan pendekatan marginalis dalam menciptakan teori nilai-utilitas modern. Terhadap teori nilai utilitas tidak akan banyak saya jelaskan di sini, saya pernah mengulas teori ini sedikit dengan menggunakan ilustrasi Oreo Supreme, silakan kunjungi laman Facebook saya.

Teori utilitas sendiri berakar dari filsafat utilitariannya Jeremy Bentham. Yang menarik adalah Bentham menyampaikan satu postulat yang tak terbantahkan. Bahwa setiap tindakan manusia ditentukan oleh keinginan untuk meningkatkan kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Perilaku asketik dan altruistik juga berakar dan bermuara pada kenikmatan diri dalam bentuk yang berbeda. Terhadap gagasan utilitasnya Bentham, John Stuart Mill mengatakan bahwa kenikmatan intelektual dan kenikmatan spiritual memiliki nilai yang lebih dari pada kenikmatan fisik. Semakin jatuh cintalah saya dengan para pemikir ekonomi ini.

Untuk mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengutip Djohan Rady, “Dalam konteks problema skalabilitas, saya bisa mengatakan bahwa saya adalah seorang Marxist dan libertarian pro-pasar bebas sekaligus tanpa kontradiksi sama sekali, selama saya menerapkan keduanya pada skala yang berbeda”. Djohan Rady memperkenalkan konsepsi ini dengan istilah lokalisme, dengan pendekatan problema skalabilitas.

Komunisme menurutnya relevan ketika diterapkan pada skala personal atau rumah tangga. Dalam keluarga “satu rasa sama rasa” serta “kepemilikan bersama” menjadi relevan. Pada tataran komunitas kecil, komunitarian atau sosialisme lah yang relevan. Untuk skala kota atau provinsi, liberalisme atau sosdemlah yang akan lebih kompatibel. Sedangkan untuk skala besar seperti negara, federal atau global, libertarianisme (laissez-faire) lebih relevan dan realistis.

Sehingga dikotomi antara ideologi kiri dan kanan sudah tidak relevan. Karenanya, tak ada lagi sekat penghalang antara kau dan aku. Huhu.

 

Penulis: Indah Wahyuningsih, Alumni SKSG Universitas Indonesia

 

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.