Produksi Sampah Tinggi, DLH Terus Maksimalkan Pelayanan

0 466

BERANDAKOTA— Menurut Lois Wirth, kota adalah pemukiman yang relatif besar, padat, dan permanen. Kota juga merupakan pusat kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi, bisnis, dan industri, dimana komposisi masyarakatnya cenderung heterogen dan memiliki aktifitas yang padat. Kondisi ini yang kemudian meniscayakan kota menjadi pusat kehidupan yang penuh dengan problem-problem sosial.

Dari sekian kompleksitas dan dinamika yang muncul, sampah menjadi salah satu problem laten yang menghantui kehidupan di wilayah perkotaan, seperti halnya di Kota Kotamobagu. Dari rilis Dinas Lingkungan Hidup (DLH), terhitung sejak bulan Januari sampai pada bulan Juni kemarin (semeseter pertama tahun 2020), jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat Kotamobagu di Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) mencapai 11.451.890 kilo-gram (kg).

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Irawan Bambang Ginoga, melalui Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Sampah dan LB3, Toto Susanto, S.Sos, saat ditemui diruangan kerjanya, (20/7). Mengatakan, berada di angka 1,859,580 kilo gram (kg). Dan jika diasumsikan perhari, maka produksi sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kotamobagu adalah sebanyak 61,986 kilo setiap harinya,”. Tambah Toto.

Grafik

Lanjutnya, dari empat wilayah kecamatan di Kotamobagu, Kotamobagu Barat tercatat sebagai penghasil sampah tertinggi selama sepuluh tahun terakhir.  Menurut dia, indikator tingginya produksi sampah dikarenakan wilayah tersebut merupakan basis perekonomian.

“Selain alasanya padat penduduk. di kecamatan itu terdapat empat kelurahan, seperti  Kotamobagu, Mogolaing, Gogagoman dan Mongkonai adalah  sentra aktivitas perekonomi di Kotamobagu. Makanya sumber sampah kebanyakan dari situ,” ungkapnya.

Dia menambahkan, secara grafik pada enam bulan terakhir, bulan april mengalami sedikit peningkatan. alasannya, di bulan April bertepatan dengan bulan Ramadhan, alhasil pemakaian sampah seperti plastik mengalami kenaikan.

“Sektor penghasil sampah diawal Ramadan kebanyakan berasal dari restoran dan perhotelan. Namun, ketika libur lebaran justru banyak sampah non-organik yang berasal dari pusat pembelanjaan seperti super market dan pertokoan,” tambah Toto.

Untuk menekan produksi sampah di Kotamobagu, kini Dinas Lingkungan Hidup (DLH) terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat tentang pengurangan pengunaan bahan-bahan sekali pakai. Dan memanfaatkan sampah-sampah yang bisa didaur ulang.

Disamping itu, pelayanan terkait pengolaan sampah terus dimaksimalkan. “Semakin tinggi produksi sampah otomatis kami bekerja lebih ekstra,” tuturnya.

ia mengaku DLH terus memberikan edukasi kepada masyarakat soal dampak kerugian yang disebabkan oleh sampah. “Upaya merangsang kesadaran terus dilakukan, terutama pada wilayah kesadaran buang sampah yang sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh pemerintah,” tukasnya. (EsGeEm)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.