Biarawati Berlutut di Hadapan Polisi Myanmar Minta Hentikan Kekerasan

0 591

BERANDAKOTA- Seorang biarawati berlutut memohon di hadapan aparat kepolisian yang sedang mengawal aksi demonstrasi di kota Myitkyina, Myanmar pada Senin (8/3).

Suster Ann Rose Nu Tang memohon kepada polisi untuk berhenti menembak dan melakukan aksi kekerasan terhadap para pengunjuk rasa penentang kudeta militer.

Dalam video yang beredar di media sosial, suster Ann yang mengenakan jubah putih tampak berlutut kemudian berbicara dengan dua polisi yang mengikutinya berlutut.

“Saya mohon, saya tidak ingin melihat masalah apa pun di sini dan tidak bisa pergi jika polisi tidak pergi. Saya memohon agar mereka tidak menembak anak-anak,” kata Suster Ann seperti mengutip Reuters.

Setelah menyampaikan permintaannya itu, Suster Ann dan seorang polisi kemudian bersujud dengan menyentuhkan dahi mereka ke tanah. Ia kemudian turut ambil bagian dalam aksi protes menuntut perdamaian dan meminta junta militer mengakhiri kekerasan.

Hanya saja, permintaan Suster Ann tidak digubris oleh aparat keamanan. Polisi tetap melepas tembakan hingga menewaskan dua orang pedemo di kota Mytkyina.

Saksi mata mengatakan dua orang tewas setelah terkena tembakan di kepala, sementara tiga orang lainnya mengalami luka-luka.

Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik melaporkan sejauh ini lebih dari 60 orang pedemo tewas dan 1.800 orang ditahan sejak terjadi kudeta militer pada 1 Februari lalu.

Sementara itu, tindakan brutal aparat keamanan di Yangon terus berlanjut pada Senin malam ketika mulai menggeledah lingkungan perumahan dan apartemen demi mencari pedemo anti-kudeta yang bersembunyi.

Selama razia, aparat keamanan dikabarkan menargetkan rumah dan apartemen yang mengibarkan bendera partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi.

Dilansir AFP, penggeledahan berawal ketika massa pro-demokrasi kembali berdemo di pusat komersial San Chaung pada Senin pagi yang bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional. Razia di San Chaung ini terjadi setelah tiga pengunjuk rasa ditembak mati aparat.

Tindakan polisi dan tentara semakin brutal dalam merespons unjuk rasa anti-kudeta yang semakin meluas di Myanmar. Kota Yangon dinilai menjadi pusat pemberontakan sipil terhadap junta militer sejauh ini.

Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pada Senin malam pasukan keamanan menutup blok jalanan San Chaung dan mengepung sekitar 200 pengunjuk rasa.

Sampai kini, militer membantah bertanggung jawab atas gugurnya puluhan pedemo dan membela kudeta dengan dalih bahwa pengambilalihan kekuasaan pemerintah dilakukan sebagai konsekuensi kecurangan pemilu. (*red)

Sumber: CNNindonesia.com

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.