Perempuan dan Peran

0 1.281

“Peran adalah apa yang kamu lakoni sebagai aktor. Memikul beban peran adalah menjadi peranmu. Menempatkan di kedalaman batinmu dan mengekspresikan aksinya lewat tubuh dan suaramu,” tulis Amato Assagaf dalam bukunya Buku Aktingnya Didi Petet.

Kali ini Berandakota mewawancarai artis cantik, muda, dan berbakat yang mulai naik daun di Kotamobagu. Namanya adalah Juwita Novia Gaib. Juwita, panggilan akrabnya, mulai belajar memikul beban peran sambil bercita-cita menjadi seorang hakim yang sukses.

Berikut adalah bincang-bincang Berandakota dengan Juwita Novia Gaib.

 

 

Halo, Juwita, apa kabar?

Baik, alhamdulillah.

Berandakota sangat bersyukur bisa bercakap langsung dengan artis Kotamobagu.

Memang terlihat seperti artis? (Tertawa) Masih proses. Kemarin sempat menjadi model di video klipnya Zumi Dua Lentera. Judul lagunya Berdansa dalam Hujan.

Iya. Sempat nonton di channel YouTube Zumi Dua Lentera. Keren. Apa kesibukan sekarang?

Sedang mencari kesibukan, karena baru selesai kuliah juga tahun kemarin.

Oh, kuliah di kampus mana?

Saya kuliah di Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), jurusan hukum.

Insyaallah kelak anda jadi hakim yang sukses.

Amin. Semoga.

Tidak ada tawaran menjadi model video klip lagi?

Belum. Tetapi saya baru selesai syuting film pendek bersama Black Table Production, tinggal menunggu dirilis.

Apakah anda memang punya minat di dunia peran?

Ya, suka. Waktu itu kan saya dapat informasi bahwa mereka sedang mencari model. Saya coba ikut, sekaligus menguji kemampuan saya berakting. Dan alhamdulillah saya terpilih.

Mungkin anda terpilih karena punya wajah yang cantik.

Cantik itu kan relatif. Setiap orang punya standarnya masing-masing. Cantik itu bagi saya ada pada kecerdasan dan sikap.

Untuk yang kedua kan anda bukan lagi main di video klip, tetapi film. Apakah itu sesuatu yang menantang dan baru bagi anda?

Iya, baru dan menantang. Ditambah lagi dalam film pendek itu, kami berdialog menggunakan bahasa Indonesia baku, kadang agak nge-logat Jakarta lo gue-lo gue. Jadi saya harus beradaptasi dan sebisa mungkin tetap ekspresif. Dan lagi pula, saya terbantukan dengan membaca naskah yang diberikan.

Apakah anda waktu kecil suka meniru-niru dialog di sebuah film (?)

Memang. Waktu kecil saya suka menonton film. Dan anda tahulah anak kecil, suka kan meniru-niru yang ia lihat dan dengar. Itu mungkin tanda-tanda yang membuat juga saya suka akting.

Saat syuting film pendek yang anda bintangi, apakah pernah merasa bermasalah dengan karakter yang anda bawakan?

Sampai saat ini belum. Bagi saya yang pemula, berakting membawakan sebuah karakter yang pertama harus ada keinginan, dan kedua tahu membawakannya. Sebab, berakting itu tidak sekadar berdialog berdasarkan naskah, tetapi harus didasarkan pada pribadi kita terlebih dahulu. Jika pribadi kita bertolak belakang, maka akan sedikit susah. Feel-nya tidak dapat.

Tunggu, apa judul film pendek yang anda bintangi tersebut?

Overdosis Romantis.

Sepertinya judul film itu menggambarkan sebuah kisah asmara yang bucin. Artinya sinonim dengan bucin.

Seperti itulah. (Tertawa)

Sejauh ini apakah anda sudah merasa terkenal untuk skala Kotamobagu?

Entahlah. Kalau banyak yang menonton video klip di mana saya jadi modelnya, pasti orang-orang kenal. Dan beberapa kali sih bertemu di jalan dengan beberapa orang. Oh, yang main di video klip Zumi dan Dua Lentera ya, begitu kata mereka.

Apa cita-cita tertinggi anda?

Karena saya suka akting, saya ingin sukses di dunia akting. Kedua, saya ingin jadi hakim. Suka juga jadi advokat, namun lebih suka terlibat langsung dalam hal memutuskan perkara, atau hakim. Menjadi apa pun dan kerja di mana pun sebenarnya yang terpenting menghasilkan. Tetapi berbeda dengan pekerjaan yang kita sukai, bukan?

Apa bedanya?

Kalau kita bekerja di bidang yang kita sukai, kita mendapatkan dua manfaat sekaligus. Pertama kita mengenal kemampuan dan bakat kita sendiri, dan kedua dapat penghasilan.

Ada yang bilang bahwa “ikuti passion anda”. Tetapi ada juga yang bilang jangan dengar orang yang bilang seperti itu. Itu khusus bagi orang kaya. Sebab, orang kaya tidak disibukkan dengan kerja keras yang berdarah-darah untuk dapat uang, waktu mereka tinggal digunakan untuk hasrat atau passion mereka. Nah, bagaimana orang pas-pasan, atau miskin? Tidak demikian. Doktrin orang miskin atau pas-pasan adalah kuasai bakat yang langka dan bernilai. Kalau sudah dan dibayar orang hingga kaya, baru bisa ikuti passion.

Benar juga, sih. Jangan berdarah-darah mengejar passion tetapi masih susah. Iya, itu merawat kemiskinan namanya. Pertama-tama kita memang butuh kerja keras terlebih dahulu. Apalagi perempuan seperti saya, yang tidak harus selalu bergantung.

Bagaiamana menurut anda menjadi perempuan itu?

Harus menjadi pekerja keras, seperti yang saya bilang tadi. Tidak harus selalu bergantung, bahkan ketika berkeluarga nanti. Selain itu akhlak. Kita didefinisikan oleh sikap dan tindakan kita. Artinya perempuan yang baik itu adalah baik akhlaknya dan tentunya berguna bagi banyak orang.

Berat tidak menjadi perempuan?

Saya belum bisa mengomentari banyak soal itu. Lagi pula saya juga belum banyak tantangan hidup sebagai perempuan. Tetapi ada satu hal yang bagi saya berat untuk ditanggung: perempuan tidak seperti laki-laki yang kebal dengan gosip orang-orang. Kita tidak seleluasa laki-laki, yang biar pun pulang tengah malam bebas dari komentar tetangga.

Terakhir, apakah anda punya tokoh favorit di kalangan artis?

Ada. Laudya Cynthia Bella. Dia orangnya bagi saya bisa jadi panutan di lingkungannya. Selain itu, kepribadian dan berita soal dia di media selalu positif, apalagi dia pakai hijab. Sikap dan apa yang selalu ia tulis di akun media sosialnya bagi saya sesuai, dan ia berkarir dengan baik di dunia akting.

Terima kasih atas waktu dan kesempatannya, Juwita. Semoga sukses dan tercapai semua cita-cita anda.

Sama-sama. Sukses juga untuk Berandakota.

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.