Ngopi di Beranda Bersama Siti Nurazizah Anggai

0 706

Baik, menarilah di depan saya selama 10 menit, kata sang pakar. Gadis itu bahagia, ia menari. Dalam hati ia berharap. “Jika pakar ini memuji saya, maka saya bakal menjadi penari kelas dunia.”

Tapi tak sampai 10 menit, sang pakar berdiri dan pergi begitu saja. Gadis itu tercengang. Ia berhenti menari dan diam bak patung. Sepasang matanya murung seolah sedang melihat harapannya berceceran di tanah. “Apakah aku menari terlalu buruk?,” tanya gadis itu pada dirinya sendiri.

Ia kemudian pulang membawa kekecewaan yang melimpah. Ia berhenti menari. Sikap sang pakar itu menjadi penanda bahwa dirinya tak layak menjadi penari kelas dunia.

Tahun berjalan. Ia hidup seperti biasanya. Dan pada suatu hari yang cerah di sebuah kota yang padat, ia tiba-tiba bertemu dengan sang pakar. “Masih ingat saya?,” tanya gadis itu, pelan.

“Ya, saya masih ingat anda,” jawab sang pakar, terkejut.

Tak menunggu lama, gadis itu menyusulnya dengan pertanyaan yang selama bertahun-tahun menghantuinya. Pertanyaan yang membuatnya bimbang setengah mati. “Mengapa anda waktu itu pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun, apakah aku menari terlalu buruk?”

Sang pakar menepis pertanyaan gadis itu. “Jujur saja, saya belum pernah melihat tarian yang begitu indah dan lembut seperti yang anda peragakan”

“Namun Ini tidak adil! Sikapmu membuatku tak percaya diri!” Sergah perempuan itu, nafasnya memberat.

“Anda tidak harus minum anggur satu barel untuk membuktikan anggur itu enak, bukan?,” sang pakar bertanya balik. “Begitu juga saya. Saya tidak harus menonton 10 menit untuk membuktikan tarian anda bagus.”

Demikianlah kisah singkat dari seorang penari dan sang pakar. Namun penari berikut ini beda. Ia adalah seorang penari cantik asal Bolaang Mongondow yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Yogyakarta. Penasaran?

Berikut petikan bincang-bincang penulis utama Berandakota.com, Suhendra Manggopa bersama Siti Nurazizah Anggai, mahasiswa Universitas Amikom dan penari Teater Manggar Yogyakarta.

.

Hallo, Icha. Apa kabar?

Baik, Alhamdulillah.

Menurut informasi, Icha pernah menjadi putri Kotamobagu (Nanu Berbakat)?

Iya, pernah. Sebagai putri Kotamobagu (Nanu Berbakat Kota Kotamobagu 2017).

Luar biasa. Jadi kesibukannya apa sekarang?

Alhamdulillah kemarin baru selesai UAS dan sekarang sudah masuk liburan. Tapi dibarengi juga dengan kesibukan organisasi. Baru-baru ini ikut kegiatan kepanitiaan pengkaderan di Kotamobagu.

Alhamdulillah. Kuliah di mana Icha?

Sekarang tercatat sebagai mahasiswa aktif di Universitas Amikom Yogyakarta.

Semester berapa sekrang?

Alhamdulillah sekarang sudah masuk semester lima.

Terlibat organisasi di Yogyakarta?

Iya. Saya ikut organisasi Teater Manggar dan KPMIBM (Keluarga Pelajar Mahasiswa Indonesia Bolaang Mongondow).

Luar biasa. Sudah berapa lama di Teater Manggar?

Sebenarnya tidak ada niat masuk ke teater. Awal masuk kuliah itu hanya berniat masuk sanggar seni yang ada tarinya, tapi ternyata di kampus saya itu adanya Teater Manggar, jadi ikut teater ini saja. Untuk terdaftar di teater tersebut sudah dari akhir tahun 2018.

Memang mengambil jurusan apa di Universitas AMIKOM?

Saya mengambil jurusan S1 Ilmu komunikasi, karena waktu SMA saya mengambil jurusan multimedia, jadi biar sinkron.

Mengapa Icha memilih kuliah di Yogyakarta?

Jadi sebenarnya diberi pilihan oleh orang tua apakah ingin kuliah di Jogja atau Bandung. Berhubung saya pernah ke Jogja pada tahun 2016 karena ikut SMK Kesehatan Expo membawakan tarian tradisional Bolaang Mongondow mewakili SMK Negeri 1 Kotamobagu dan melihat keadaan Jogja yang sangat istimewa dan terkenal merupakan kota pelajar, maka saya tertarik memilih kuliah di Jogja.

Jadi karena pengalaman tahun 2016 itu sehingga Icha memilih kuliah di Jogja. Menurut Icha, apa kelebihannya kuliah di luar kota?

Menurut saya, kelebihannya karena bisa melatih kita agar menjadi pribadi yang mandiri. Sebab dalam proses menimbah ilmu di perantauan kita sendiri, kan. Selain itu, pikiran kita juga lebih terbuka, banyak relasi, banyak pengalaman, dan juga banyak hal-hal baru yang bisa diketahui. Intinya kalau kuliah di luar kota lebih mandiri dan lebih ingin mencari tahu hal baru. Ketimbang di kota sendiri bisa tinggal bersama orang tua, dan tentu lebih diawasi dan pikiran kita tidak luas atau tidak terbuka.

Saya penasaran. Pikiran terbuka itu menurut Icha seperti apa?

Menurut saya pikiran terbuka atau open minded itu ketika kita bisa memposisikan diri sebagai orang yang benar sekaligus juga orang yang salah. Kemudian bisa menerima atau mendengar opini dan sudut pandang dari orang-orang yang berbeda. intinya seperti itu, sih.

Bagaimana dengan yang tidak open minded?

Nah, soal ini saya juga pernah pelajari kalau orang yang cenderung tertutup itu biasanya dikatakan orang yang dogmatis, artinya dia lebih percaya pada pendapatnya sendiri dan tidak ingin menerima gagasan dari orang lain. Menurut saya dia merasa apa yang dia yakini itu lebih hebat.

Ya, artinya merasa benar sendiri. Di struktur organisasi KPMIBM menjabat sebagai apa sekrang?

Kalau di KPMIBM tercatat sebagai pengurus di bidang Departemen Seni dan Kebudayaan. Kalau untuk kepanitiaan lain hanya di kepengurusan.

Nah, balik lagi ke teater, ya. Meskipun dari awal tidak ada niat ikut teater, apakah sekarang menjadi suka dengan teater?

Setelah terjun di teater, saya jadi suka karena di teater itu saya banyak belajar hal-hal baru dan pengalaman baru yang tidak pernah saya dapatkan sebelumnya.

Sudah berapa kali ikut pentas?

Sudah 3 kali untuk pentas, yg lain hanya pentas kegiatan saja.

Ada tokoh favorit pemain teater yang sudah terkenal?

Kalau untuk tokoh teater saya tidak mengidolakan siapa-siapa karena saya memilih menjadi diri sendiri dan terus belajar dengan teman-teman tanpa melihat sudut pandang seorang tokoh terkenal. Tapi kalau untuk seorang sastrawan, saya kagum sama sastrawan besar Indonesia yaitu alm. Sapardi Djoko Damono (beliau baru saja berpulang ke rahmatullah bulan lalu). Karya-karyanya begitu menginspirasi bagi saya.

Hobinya apa Icha?

Hobi saya menari, karena dari SMP sudah belajar tari.

Mengapa bisa suka menari?

Awalnya saya tidak tertarik dengan tarian tetapi setelah melihat anak-anak lain yang bisa menari saya termotivasi. Nah, dari situlah saya belajar menari kemudian ikut berbagai lomba menari, seminar kebudayaan, ajang seni dan lain-lain. Dan bahkan sampai masuk sanggar. Sekarang saya sudah cinta akan tarian karena menurut saya, menari bisa mengungkapkan perasaan yang tak terungkapkan dengan kata-kata. Dengan gerakan yang lembut, perasaan kita terungkapkan sedemikian rupa. Selain itu, saya juga bangga karena lewat menari, saya bisa mempromosikan dan melestarikan kebudayaan yang kita punya, terutama kebudayaan Bolaang Mongondow tercinta.

Punya pesan untuk teman-teman yang ingin kuliah di Jogja, khususnya yang dari Kotamobagu?

Pesan saya untuk teman-teman yang ingin kuliah di Jogja maupun di daerah luar harus tetap semangat, kejar yang ingin dicapai. Karena di luar sana kita bisa belajar tentang hal-hal baru, bertemu orang baru, punya jaringan yang begitu luas. Terlebih khusus di daerah Istimewa Yogyakarta yang setiap sudutnya memiliki keistimewaan tersendiri, apalagi kota tersebut merupakan kota pelajar. Maka saya bisa rekomendasi untuk kuliah di sana bagi anak-anak dari Kotamobagu yang ingin menggapai cita-cita. Jangan malu, jangan takut salah, belajar hal-hal baru, ikut kegiatan yang positif. Dengan begitu, kelak anak-anak dari tanah kelahiran Bolaang Mongondow, khususnya dari Kotamobagu, bisa menjadi kebanggan daerah.

Terima kasih Icha atas waktu dan kesempatannya. Tetap sukses dan sehat selalu. 

Sama-sama. Sukses terus buat beranda.kota.

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.