Ngopi di Beranda Bersama Amelia Loraine Poluan
BERANDAKOTA–
“It started out as a feeling
Which then grew into a hope
Which then turned into a quiet thought
Which then turned into a quiet word
And then that word grew louder and louder
‘Til it was a battle cry
I’ll come back
When you call me
No need to say goodbye”
Lagu The Call yang dinyanyikan dengan sangat indah oleh Regina Spector ini menjadi lagu yang senantiasa mengasuh ruang dengar saat penulisan transkrip wawancara hingga penyusunan naskah bincang-bincang rubrik Ngopi di Beranda minggu ini. Lagu yang akrab ditelinga remaja sekitar satu dekade lalu ini adalah original sound track sebuah film fiksi fantasi adaptasi layar lebar The Chronicles of Narnia: Prince Caspian (2008), dari novel klasik karya penulis inggris,C.S. Lewis.
Lagu ini muncul begitu saja dalam memori ketika tamu bincang kami menyebut Narnia sebagai salah satu film fantasi favoritnya. Narnia, mengisahkan petualangan empat kakak-beradik Peter, Susan, Lucy dan Edmund Penvensie yang menemukan sebuah lemari pakaian yang ternyata adalah jalan pintas menuj dunia fantasi bernama Narnia. Lucy menyebutnya dunia ajaib karena mereka berempat bertemu dengan kijang berkepala manusia, hewan dan tumbuhan yang bisa bicara, ada ratu jahat yang bersaing bersama Singa bernama Aslan, singa bijak dan heroik yang banyak diteladani oleh penduduk negeri Narnia yang beraneka macam. Sebuah film menarik yang menyelipkan pesan moral bagi penonton tentang kekeluargaan, kesetiaan, kegigihan dan semangat perlawanan.
Susan, anak kedua dalam keluarga Penvensie mendapat julukan Queen Susan The Gentle atau putri Susan yang lembut, adalah salah satu tokoh kunci dalam film Narnia. kecerdasan dan keberaniannya berkali-kali menyelamatkan kakak dan adiknya dari bahaya yang mengintai di Negeri Narnia.Ia juga menjadi salah satu putri yang paling dikagumi oleh penduduk Narnia karena senantiasa anggun dan penuh cinta kasih.
Tamu Ngopi di Beranda kali ini memiliki banyak kemiripan dengan tokoh Susan Pevensie, setidaknya, first impression saya ketika ia berkunjung ke redaksi Berandakota adalah sosok perempuan yang ramah dan rendah hati. Mungkin sedikit berbeda dengan apa yang ada dikepala Sandy, wartawan dan Enda, kolumnis Berandakota. Pasca wawancara, percakapan mereka yang selalu menyelipkan kata cantik dan cantik sekali. Bahkan mungkin terbawa hingga mimpi.
Berikut petikan bincang-bincang berandakota.com dengan Amelia Loraine Poluan, Nanu Kota Kotamobagu 2018 yang kini sedang bermetamorfosa menjadi seorang Enterpreneur Muda.
Hallo, apa kabar, Amel?
Puji Tuhan, baik, Kak.
Apa kesibukan sekarang, Mel?
Amel sekarang sibuk kuliah, ngurus bisnis kecil-kecilan dan Amel sedang gemar-gemarnya berolahraga. Dimasa pandemik ini kondisi tubuh harus tetap bugar kan, Kak.
Iya sih, Corona ini betul-betul bikin repot satu dunia. Baik, Semester berapa, Mel?
Semester tiga. Seharusnya semester lima sih, tapi Amel sempat pindah kampus. Jadi mengulang lagi dari semester awal.
Sekarang Kuliah dimana, Jurusan apa?
Unsrat, Fakultas Ekonomi, jurusan IBA (International Bussines Administration).
Passion-nya memang dibisnis yah, Mel?
Ia, dari dulu memang suka dengan bisnis, sejak SMP. Makanya saat kuliah memilih jurusan ekonomi. Sambil belajar teori dan basic berbisnis, sambil praktek juga kan kak
Iya, bisnis yang baik adalah bisnis yang dikerjakan. Kalau sebatas teori atau sebatas harpan, tanpa ada Action, percuma. Amel sudah menang beberapa Langkah dari teman-teman seumuran.
Iya sih, Amel sekarang learning by doing. Pengalaman dan pembelajaran saat merintis bisnis atau usaha itu sangat penting untuk mengasah mental dan kepekaan bisnis kita. Karena mengalami langsung dan melihat orang lain berbisnis tentu sangat berbeda. Dan amel meyakini bahwa berbisnis tidak harus menunggu hingga kita berada di usia tertentu. Ready not ready, you must be ready. Karena hidup tidak selalu baik kepada kita.
Baik, Merry Riana, Tinggalkan dulu soal bisnis. Sebagai mantan Nanu Kota Kotamobagu 2018, ceritakan sedikit tentang perjalanan karir di dunia Kontes kecantikan ?
Merry Riana itu keren yah kak, inspiring woman. Soal perjalanan karir, Awalnya, sebelum mengikuti kontestasi Uyo-Nanu, Amel pernah ikut lomba MTC Fashion Week di Manado. Jadi acara itu diikuti oleh setiap perwakilan kota se-Provinsi Sulut. Saat itu seleksi untuk MTC Fashion Week di lakukan di sekolah-sekolah. Saat itu Amel datang terlambat saat seleksi. Tapi syukurlah, oleh panitia Amel masih diberi kesempatan. Setelah melewati beberapa ujian, puji tuhan, dimyatakan lolos. Hasilnya memuaskan, Amel dapat juara satu dan menjadi Brand Ambasador MTC Feshion Week season lima. Dari situ Amel mulai menekuni dunia modeling. Sampai akhirnya, berkat dorangan dari keluarga dan teman-teman, Amel memantapkan diri mendaftar sebagai peserta Nanu Kota Kotamobagu. Sebenarnya Amel tipe orang yang pemalu dan mudah nervous ketika harus tampil didepan banyak orang.
Bagaimana Amel mengatasi rasa malu dan gugup?
Gugup itu manusiawi, namun bisa kita kendalikan dengan berdoa dan percaya dengan kemampuan diri sendiri. Saat mengikuti kontes Uyo-Nanu, peserta mendapatkan banyak pembelajaran tentang pengembangan diri. Itu bekal yang sangat bermanfaat ketika kami tampil di panggung. Saat malam Grand Final, salah satu penanya adalah Ketua tim penggerak PKK Kota Kotamobagu, Ibu Anki Mokoginta. Ketika beliau bertanya, Amel sempat gugup. suasana terasa begitu hening dan nafas mulai memberat. Namun Amel melakukan apa yang dipelajari selama karantina. Tetap fokus dan manarik nafas panjang dari hidung dan membuangnya lewat mulut. Akhirnya oksigen ke otak kembali lancar. Fikiran menjadi lebih tenang. Sehingga awaban-jawaban di kepala mulai tersusun dengan rapi.
Untunglah amel mampu menguasai keadaan, Saya tidak bisa membayangkan saat itu jika Amel tidak tenang. Ingin berbicara tapi lidah mengkristal, leher seperti tercekik, tempo detak jantung mendekati beat drum Through The Fire And Flames-nya DragonForce dan lutut mulai kehilangan daya topang. Mungkin saat itu yang ada di kepala hanya ada doa singkat, Ambil Aku, Tuhan., Sekarang.
(Tertawa) Jadi patung kak. Tiba-tiba hilang ingatan. Tapi ya, kak, malam Grand Final Uyo-Nanu itu memang sangat berkesan dalam hidup Amel. Waktu itu, peserta diarahkan secara bergantian berdiri di panggung berhadapan dengan juri dan penonton yang lumayan banyak. Di panggung, kami diberi pertanyaan oleh juri. Jadi sebelum mendapat giliran, jantung sudah berdebar tidak karuan. Meskipun ketika di panggung, sorot lampu dihadapkan kepada peserta agar tidak gugup ditatap oleh penonton. Tapi mau bagaimana lagi, kita tahu bahwa di situ ada penonton, bahwa kami sedang dilihat, dan diperhatikan banyak orang. Kalau salah pasti diteriaki penonton. Amel nyaris ingin melambaikan tangan kekamera ketika itu. Mata serasa ada kunang-kunang.
Ibu Amel pasti lebih tegang dari Amel.
Ya, kelihatannya begitu. Mungkin saat itu Ibu juga hampir melambai ke kamera. (Tertawa)
Tapi dari karantina sampai hari H, lancar semua kan?
Syukurlah lancar. Namun saat karantina fokus Amel malah pecah. Pecah karena di saat bersamaan Amel mengikuti SBMPTN di Manado. Jadi Amel tidak ikut karantina “dalam” selama dua hari yang waktu dibuat di hotel Sutan Raja Kotamobagu. Amel minta izin ke panitia ke Manado untuk ujian. Namun setelah selesai ujian dan teman-teman sudah pulang, Amel malah tertahan sehari di Manado. Keadaan itu membuat Amel hampir menyerah. Amel menghubungi salah satu panitia yang kebetulan Amel kenal. Amel bilang begini: “kak, biar jo. Kita so nda mo iko Uyo-Nanu”. Amel tahu bahwa kesempatan Amel waktu itu untuk menang terlalu kecil. Bagaimana tidak, kalau tidak ikut karantina poin kita kecil. Itu akan mempemgaruhi saat final nanti. Tapi panitia tetetap memberi semangat–“Amel, nda apa-apa. Datang jo, torang mo tunggu pa ngana”. Amel pun pulang ke Kotamobagu untuk mengikuti karantina.
Bagaimana setelah itu?
Amel datang dengan hati was-was. Karena poin Amel di bawah dan hanya tujuh besar yang bisa masuk dari 20 pasangan. Pada urutan ke ketujuh, itu bergantung pada jumlah like di Instagram. Sedangkan satu sampai enam itu akumulasi dari poin karantina. Dari situ harapan Amel semakin melemah. Panitia juga sebagian mulai putus asa. “Amel, torang so nintau mo bekeng bagimana ini”. Tapi nasib berkata lain. Jumlah like Amel di Instagram lebih tinggi dari pasangan urutan ke tujuh itu. Akhirnya Amel masuk dalam tujuh besar. Kak bayangkan, beda dua atau tiga like saja dapat menentukan menang atau kalah.
Wah, Menarik. perjuangan yang luar biasa berat. Lalu, Mel ?
Setelah itu ada tiga besar. Syukurlah. Padahal harapan ke posisi itu sangat jauh karena Amel sadar kekurangan Amel dari mulai karantina. Untuk menentukan tiga besar dari tujuh besar itu melalui penilaian juri langsung. Dan itu sangat terkait dengan kemapuan kita menjawab pertanyaan dari tiap juri. Jadi walapun Amel nervous, Amel berhasil melewati tahap menegangkan itu.
Materi apa saja yang diperoleh selama menerima materi untuk Uyo-Nanu?
Ada public speaking, bahasa Mongondow, dan pengetahuan umum. Bahkan ada materi soal Seperti public speaking, mind maping, body language, Teknik menjawab pertanyaan, Table Manner atau aturan-aturan yang digunakan saat makan. Seperti cara duduk, urutan menu dan susunan peralatan makan.
Tapi di rumah masih makan pakai tangan kan, Mel?
Oh iya dong. Makan dengan tangan itu ada kenikmatan tersendiri. Lebih seru dan bebas. (Tertawa)
Sepertinya, apa saja yang Amel makan, kalau pakai tangan rasanya pasti berubah jadi manis.
(Tertawa) Kalo makan rica, tetap pidis noh katu kak e.
Apakah pengalaman Amel mengikuti MTC Feshion Week dan Uyo-Nanu meberi pengaruh besar terhadap perubahan diri Amel ?
Yah setidaknya lewat kontes itu Amel sudah punya dasar-dasar atau pengalaman. Tapi selalu juga bertanya ke diri sendiri, cukup tidak ya pengalaman-pengalaman itu sebagai modal atau pelajaran di masa depan nanti. Amel berpikir begini, keluarga dan teman-teman percaya pada Amel, percaya bahwa Amel bisa berhasil. Mengapa Amel sendiri tidak begitu percaya pada diri Amel? Itu Amel pikir hal yang positif bahwa percaya pada diri sendiri itu penting. Amel tidak lagi meremehkan diri. Amel kini tahu bahwa Amel mampu. Ditambah lagi materi yang Amel dapatkan dari proses itu. Jadi semacam ada kewajiban bagaimana bersikap sebagai Nanu kotamobagu di tengah masyarakat.
Jadi Amel menjaga citra itu di manapun Amel berada?
Iya, Amel menjaga citra itu, citra sebagai Nanu. Amel harus menjaga sikap, bahasa, dan lain-lain. Tidak elok kan kalau Amel berbuat salah kemudian orang-orang menilai–masa’ bagini tu Nanu kotamobagu”. Ini jadi bermasalah nanti. Bukan hanya nama Amel yang jadi tidak baik, nama Kotamobagu juga demikian.
Jawaban apa yang Amel berikan seandainya ada teman-teman yang mengajak ke hal-hal yang tidak baik?
Amel akan memberi jawaban yang tidak menyinggung perasaan mereka. Amel tidak akan membenci ataupun melarang mereka langsung. Pernah suatu kali ada teman yang mengajak pada tindakan seperti itu. Amel bilang, Amel tidak bisa; nanti Amel temani saja; atau Amel sekedar mengingatkan: jangan terlalu sering atau fokus ke kuliah.
Layak diteladani. Amel punya banyak followers di Instagram? Beli dimana?
(Tertawa), Itu followers asli kak, tidak beli. lumayanlah. Ada dua puluh ribu kalo tidak salah.
Dua puluh ribu satu. Barusan bertambah, coba di cek. Jagan lupa follow back ya, Mel.
(Tertawa) Iya, Kak. Siyap.
Jadi Amel sudah sering menerima jasa endorse?
Sering menerima. Tambah-tambah uang jajan dan uang kos juga. Sangat membantu, karena Amel tinggal sendiri dan jauh dari orang tua.
Berarti boleh dong endorse Branda Kota?
Boleh dong. (Tertawa)
Nah, kita balik lagi ke citra Amel sebagai mantan Nanu Kotamobagu. Membebanikah label itu dalam aktivitas sehari-hari, terutama di kampus dan pergaulan di luar?
Sebenarnya tidak, karena itu motivasi untuk memperbaiki diri. misalnya Amel ingin berkumpul dengan teman-teman, jalan-jalan, tulis status di media sosial secara leluasa, dan lain-lain. Tapi mau bagaimana lagi. Dari mulai Amel membuat story Instagram, Amel harus hati-hati. Gelar itu melekat pada diri Amel. Amel harus menjaga dan bertanggung jawab dengan Gelar itu. Di sisi lain, Amel harus memlih circle pertemanan. Bukan berarti tidak ingin berteman dengan mereka yang ‘kuran baik’, tapi hanya demi menghindari potensi yang merugikan diri sendiri.
Iya, Amel itu sebagai representasi generasi muda Kotamobagu, etalase budaya dan adab masyarakat Kotamobagu. jadi memang sudah sepatutnya seorang Nanu, Pun mantan Nanu memberikan contoh dan keteladanan yang baik.
Betul Kak, makanya sebisa mungkin Amel menjaga itu.
Oh ya, Apa hobi Amel ?
Amel suka membaca, jalan-jalan, dan nonton film. Kalau membaca, Amel sudah suka sejak Amel SD, baca-baca buku komik begitu. Ketika SMA bacanya sudah novel. Sekrang baca buku yang agak berbau pengetahuan begitu. Kalau film Amel lebih suka yang genre-nya action dan fantasi.Seperti Narnia, Game of Thrones, Harry Potter. Amel juga suka Drakor.
Apa arti cantik menurut Amel?
Cantik itu relatif, ya. Masing-masing orang punya standar. Tapi menurut Amel cantik harus luar-dalam. Artinya meliputi semua hal, termasuk attitude dan intelegensi. Tidak melulu soal fisik. Meski ada orang bilang, menjadi cerdas itu bisa diusahakan, tapi tidak dengan cantik.
Tapi ada yang oprasi plastik jadi cantik. Tergantung dollar saja.
Iya benar juga sih, Tapi itu palsu. (Tertawa)
Usaha apa yang paling ingin Amel lakukan dan belum kesampaian ?
Ada beberapa. Antara lain bisnis kuliner dan pakaian. Kalau pakaian Amel pikir lebih mudah juga. Amel bisa langsung memasarkanya dengan memakainya secara live di media sosial. Tapi nanti, bertahap (Tertawa)
Bisnis makanan dan pakaian memang punya peluang besar sampai hari ini. Sekarang apakah masih menerima tawaran untuk jadi brand ambasador atau model video clip ?
Belum sih. Hanya lebih ke tawaran model makeup dan model baju pengantin.
Nah, sebagai mantan Nanu, apa yang Amel harapakan dari generasi muda di Kotamobagu?
Hindari pergaulan dan kebiasaan buruk. Sebab, terlalu penting masa muda untuk ditukar degan hal-hal yang merugikan diri sendiri dan masa depan. Apalagi kebiasaan buruk yang marak terjadi seperti minum obat batuk tidak sesuai takaran demi sensasi nge-fly, ngelem, dan minum alkohol berlebihan. Amel pribadi berharap, agar pemuda di Kotamobagu tidak terbawa arus yang negatif seperti itu. Lebih baik mari belajar berbisnis. Itu lebih bermanfaat.
Terkakhir. Di Manado, ketika Amel ditanya berasal dari mana, apakah Amel akan menjawab asli Kotamobagu? Mengingat marga Amel, Poluan, itu membuat orang berpikir bahwa Amel bukan berasal dari BMR.
Amel selalu menjawab Amel asli Kotamobagu, Sebab, Amel lahir di sini, sekolah di sini, bahkan menjadi Nanu. Amel juga sudah mencintai Kotamobagu dan Budaya Mongondow.
Wah, ini salah satu jawaban paling keren yang amel utarakan. Baik, Mel. Terima kasih, mungkin bincang-bincang kita cukup sekian dulu. Langit sudah mulai gelap dan Gula darah anak-anak berandakota mulai melambung tidak terkendali.
(Tertawa) Iya kak, Terima Kasih sudah mengundang Amel. Percakapan yang sangat menarik. Terima kasih juga untuk crew Berandakota.